Selamat Ulang Tahun, Perempuanku.








Sebentar. Malam ini berdoa dulu, lalu berterimakasih untuk diri sendiri karena sudah kuat melewati segala yang terjadi sampai detik ini. Pejamkan mata, mari berdoa.
Jika sudah, pelan-pelan bacanya, lalu diringi Amin.

Semua ucapan tidak lain adalah sebuah harapan dan doa-doa Panjang. Maka dengan ini, aku menulis dengan rasa debar bahagia yang meletup-letup bagaikan kembang api yang menyala dan membuat semua orang takjub karenannya.

Selamat ulang tahun yang ke-22 Angel Evita! Semoga segala harap dan ingin selalu bisa beriringan denganmu, sampai semua terwujud satu per-persatu, apapun itu.  Oiya, jangan lupa berdoa juga untuk diri sendiri setiap hari, karena Tuhan akan mendengar dan mewujudkannya sesuai dengan waktu dan porsinya.

Bersemangatlah dengan hal-hal yang baik untukmu, walaupun naik-turun, jatuh-bangkit, luka-bahagia, dan segala tetek bengeknya, harus bisa dinikmati. Semua hal yang terjadi akan membentuk pribadi yang kamu bisa rasakan sendiri.

Berusahalah apapun itu bentuknya, aku yakin kamu bisa, bee. Aku percaya itu, melebihi aku percaya pada diri sendiri. Yakinlah segala yang kamu usahakan selalu berbuah manis, seperti yang kamu selalu katakan, proses tidak akan menghianati hasil.

Kuatlah dengan keadaan, kamu mampu bertahan sejauh ini, dan bisa lebih jauh lagi. Berjalanlah di jalan yang berliku, naiklah tangga setinggi apapun itu. Jika Lelah, beristirahatlah, tubuh dan pikiran butuh rehat juga, sesekali boleh menoleh ke belakang untuk sekedar mengingat segala yang sudah terlewat dan jangan pernah berbalik arah, berjalanlah, berbahagaialah. Kamu berada di jalan yang benar, kuatkan kaki dan langkah, capai semua mimpi, Tuhan besertamu.

Bersabarlah akan semua hal, jika berdoa dan usaha sudah dijalankan, sabar adalah hal terakhir yang  wajib dilakukan. Semua akan indah pada waktunya, bukan?

Aku bahagia sejauh ini, melihatmu tumbuh dan bertahan, kamu lebih baik dari yang sebelumnya, lebih kuat dari semestinya. terbiasalah, berbahagialah! Panjang umur rezeki dan Panjang umur hal-hal baik.

Selamat ulang tahun sayangku, berbuat baiklah semampunya dan lihatlah diri sendiri, aku sayang kamu Angel Evita. Tidak ada yang lain.

Can I hug you?



Perempuanku

Mahatma Gandhi pernah berkata, “Where there is love, there is life.”Aku menemukan kembali hidupku, saat aku menyelam ke dalammu.

Ini tentang perempuanku,

Yang katanya pernah menunggu dalam waktu yang lama, cukup lama, dan berdoa ada keajaiban nantinya. Yang terbiasa menyimpan luka saat aku menceritakan perempuan lain di hadapannya, sebab, waktu itu aku benar-benar tidak tahu kalau ia mencintaiku tanpa menjika-jika, tanpa mengada-ngada.

Ia menyimpan tangis dalam tawa, terbungkus semua dalam perilaku sehari-harinya, menutupi segala luka yang menyayat hatinya begitu rapih. Sangat rapih. Sampai-sampai aku tidak tahu barang se-kuku saja tentang perasaannya kepadaku.

Ini tentang ia,

Perempuan yang bisa membuatku jatuh cinta dengan perilakunya.

Dibeberapa kali kesempatan ia terlihat begitu manja dan mengemaskan, seperti anak kecil yang enggan lepas dari pangkuan ayahnya. Namun dilain waktu, ia bisa menjadi perempuan yang mandiri dan tangguh. Ia bisa menempatkan dirinya sesuai porsi, sesuai keadaan. Ia indah dengan caranya.

Ini masih tentang perempuanku,

Perempuan ini ada-ada saja tingkahnya, selalu bisa membuatku berkata kalau dia sangat unik. Tatapan matanya begitu dalam, aku takjub saat binar matanya mengambang, sudah pasti tersipu malu saat aku ditegur, “Orangnya disini” jika aku memalingkan wajahku saat berbicara padanya.

Aku mencintainya sebagai tempat pulang, ada sebagian aku yang berada padanya, ia memang tak pernah meminta, tapi aku rela untuk memberi.

Ini tentang perempuanku, Angel Evita Danes.
Perempuan yang selalu bisa membuatku jatuh cinta.

Bee, jika kau butuh bahuku, Bahuku untukmu kapan saja. Untuk bersandar ketika kamu lelah dengan dunia, atau untuk sekedar menyandarkan bahagia agar tidak berlebihan dalam menanggapinya. Mungkin tidak seberapa, tapi terkadang hanya itu yang aku punya untuk bisa melihatmu kembali tertawa seperti biasanya.

Jika kau butuh pelukku, kemarilah, akan aku siapkan peluk agar kau merasa aman dan nyaman, berbagilah kesedihan padaku, aku akan menghilangkan kesedihan semampuku.

Kalau kau ingin bantuanku, apa saja, katakan saja. Aku akan sediakan waktu dan pikiranku sebanyak yang aku bisa. Kalau tidak banyak membantu, setidaknya aku tetap ingin memastikan kalau kamu baik-baik saja.

Bee, teman kita pernah bercerita, 
Ada dua orang yang selalu tidak sabar menunggu pagi. Keduanya, ingin terus bertemu lagi, untuk saling mengagumi. Merasakan hangatnya percakapan, merasakan bagaimana ternyata seseorang bisa membenci malam karena itu artinya perpisahan.

Dua orang itu juga selalu menjadi perhatian teman-temannya. Mereka akan menggoda, menanyakan status keduanya.

Teman kita pernah bercerita.

Dua orang itu pernah menjadi dua orang yang saling jatuh cinta, tapi tidak ada yang berani mengatakannya. Sampai salah satu letih menunggu, dan satu lagi masih takut kalau satunya tidak memiliki perasaan yang sama.

Kata teman-teman, dua orang itu kita.

Lalu waktu menjawab semuanya, aku milikmu bee.







Terimakasih untuk hari-hari yang penuh dengan cinta, Mari menghitung lebih banyak lagi untuk waktu-waktu mendatang. Tetaplah bergenggaman dan jangan pernah merenggang.

HALLO!


Hallo!

Apa kabar? Sudah lama kita tak berjumpa.

masih ingat? Atau sudah lupa?



SEPERTI ADA YANG HILANG



Kita tidak akan berbicara tentang bagaimana kamu bisa menjauhiku dengan alasan yang hanya bisa aku tebak, atau berbicara tentang siapa yang mengenal satu diantara kita lebih dulu.

Aku tidak mau membahasnya. Biar aku yang menanggung rasa sepinya, biar aku yang menyimpan rasa kalutnya. Karena seberapapun panjang aku menjelaskannya, kalau tidak mengalami sendiri kamu pun tidak akan pernah mengerti.

Tentu saja, aku tahu kamu akan pergi, hanya saja aku tak menyangka akan secepat ini. Dari awal, aku sudah belajar ikhlas. Bukan saat kamu memutuskan pergi begitu saja, tapi justru sejak awal aku mendatangimu. Mungkin karena aku sudah belajar dari pengalaman, kalau orang, secinta-cintanya kita atau mereka, bisa datang dan pergi dengan mudahnya. Karena pertemuan ada untuk menjemput perpisahan.

Sebetulnya, kamu selalu ada di sini, di dalam sini. Tapi aku merasa seperti ada yang hilang. kamu masih seperti dulu, dengan karakter yang aku kagumi. Mungkin cara komunikasimu saja yang sudah berubah.

Semua masih baik-baik saja, menanyakan perihal keperluan penting, dan mungkin bisa menanyakan kabar keluarga, aku masih menikmatinya. Tapi mungkin cara penyampaiannya sekarang yang berbeda ketimbang waktu itu. Tanpa emoticon dan terkesan flat, mungkin kamu membalas pesanku karena tidak enak saja. Ya, aku hanya berfikir demikian.

Kamu tahu, kamu masih istimewa. Berkat kehadiranmu, aku lebih bisa melihat banyak kekurangan yang ada pada diriku, lalu aku berusaha untuk merubahnya. Aku merubahnya bukan untukmu, tapi aku merubahnya karena itu perlu untukku.

Aku hanya merasa ada yang hilang. kadang-kadang kangen rasanya, ketika bercanda, setiap kamu tertawa, dan mataku selalu berbinar melihatnya. Bercerita tentang apa saja yang tidak membuatku bosan mendengarkannya.

Tapi, sekarang aku juga merasa bahwa ya, perlahan aku mulai melepasmu. Karena melihat seistimewa apapun kamu di depanku, perasaanku sudah mulai biasa saja. Aku berhasil memadamkan setiap percikan apa saja yang bisa membuatku kembali jatuh cinta dengan begitu mudahnya. Tidak seperti waktu itu, mendengar namamu disebut saja, bisa seharian aku tidak lupa.

Sebetulnya, aku tidak mau kamu melupakan segalanya tentangku, termasuk perasaanku yang sekeras kepala itu. Tapi aku tidak memaksamu untuk melupakan itu, aku juga tidak akan bersikeras mengatakan, jangan lupakan perjuanganku. Ketika aku memikirkan hal itu, aku hanya berkata, “sudah malam, waktunya istirahat...”

Aku masih ingat waktu itu, dipercakapan pesan singkat, katamu, lebih baik berpisah lalu dipersatukan. Apa kamu masih ingat? Oke, Yasudah aku juga tidak mau memaksamu untuk mengingat-ingat lagi. Aku hanya ingin memberitahu lagi kalau kamu pernah berkata seperti itu.

Ya, ketika sudah saatnya, ketika sudah waktunya, ketika semua sudah tertata dengan rapih, semua perihal ekonomi dan ilmu yang sudah mumpuni. Aku akan menepati janjiku waktu itu, pintu pertama yang aku datangi bersama keluargaku adalah pintu rumahmu.

Aku hanya merasa ada yang hilang, tapi sebetulnya kamu tak kemana-mana, kamu masih di sini. Hanya saja sekarang aku hanya mengurangi rasanya, memperkuat doa’nya. Aku selalu berharap yang terbaik, tapi juga belajar untuk siap mengahadapi kemungkinan terburuk.

Kamu jangan lupa kembali. Aku selalu ada ketika kamu membutuhkanku.

HANYA KEKOSONGAN


Jangan heran,
Bila nanti
ada yang berkunjung ke rumahmu,
Lalu mengetuk pintu.

Tamu itu tak membawa banyak apa-apa,
Ia hanya membawa ingatan dan kenangan.
ia akan mencarimu,
Mengingatkan lagi tentang kenangan-kenangan,
Lalu kau dibuat rindu.

Ia datang berjalan compang-camping,
Ya,
Karma itu berkunjung ke rumahmu,
Kau pasti akan mencariku.

Dari teras rumah,
Sampai ke atap-atap teduh.
Dari tanah rendah penuh kerikil,
Hingga ke tanah paling tinggi dekap menggigil.

Dari warung –warung kopi,
Hingga ke lantai-lantai kota.
Dari gerbong-gerbong kereta,
Hingga ke stasiun paling jauh.

Menyusuri jalan-jalan setapak,
Langkah demi langkah.

Kau berziarah lama dengan ingatan,
Bahwa rindu yang kau bawa,
Hanya aku yang bisa mengobatinya.

Kau akan mencariku kemana saja.
Bertanya pada siapapun jua.

Namun yang kau temui
Hanyalah kekosongan,
Dan ingatan bahwa,
Aku sangat mencintaimu,
Sampai aku mati dibunuh sepi.

Namu kelak semua tinggal kekosongan.

AKU MARAH, PADA DIRIKU.



Sungguh.
Aku tak marah saat kau berlari.
Aku tak marah saat kau bersembunyi.

Aku hanya bisa melawan semua perasaan.
Hanya kesia-siaan yang ku dapat saat aku berusaha melupakan.
Hanya sebatas harapan saat aku mulai mengahapus sedikit kenangan.

Aku tak marah.
Aku tak pernah bisa marah.
Padamu.

Hanya saja.
Aku marah pada diriku.
Karena tak mampu membuatmu memperjuangkanku.
Kalau kamu tidak mau, aku mengerti.

Sungguh, aku berterima kasih.
Kau telah menghargai perasaanku yang masih ada sampai saat ini. Detik ini.
Aku hanya rindu. Aku tak bisa lupa. Aku hanya bisa mengingat.

Aku marah.
Pada diriku.

Aku berbicara pada jiwaku sendiri.
Mengapa hati enggan melupakan perasaan.
Perasaan yang dibalas keheningan.

Tapi tak ada yang tahu tentang perasaanmu.
Aku tak bisa menerka.
Sebab, ada yang Maha Tahu.
antara kau dan Tuhan.

Jarum jam selalu bergegas.
Melewati pukul dua lebih lima belas.
Semoga Tuhan tak pernah bosan.
Mendengar nama yang sama di istirah sepertiga malam yang lengang.

Hening.

Teman karib dalam sunyi ialah Tuhan.
Jika nanti kau merindukanku.
Di sepertiga malam. Bersujudlah.
Karena aku ada di keheningan itu.

Jika tidak pernah rindu.
Aku marah. Pada diriku.
Karena tak bisa membuatmu mempunyai perasaan itu.
Kalau kau tidak bisa. Jangan dipaksa. Tidak apa-apa.

Biarkan saja.
Aku marah. Pada diriku.

Anfal Ria Reshadi, Jakarta, 22 Mei 2017